permalink Selasa, 26 Juni 2012 |
![]() ![]() |
MEMAHAMI HIKMAH PERANG DALAM SEJARAH ISLAM

Kata
Islam berasal dari akar kata Salima yang berarti selamat, damai,
sentosa. Sedangkan Islam adalah berarti tunduk, patuh, berserah diri,
menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah SWT, Sang Pemilik, Sang
Pencipta Alam Semesta dan segala isinya, agar tercapai keselamatan dan
kedamaian di muka bumi. Oleh karenanya perintah utama yang disampaikan
oleh seluruh Nabi dan Rasul kepada umat manusia sejak zaman nabi Adam as
hingga Rasulullah Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman, tidak pernah
berubah yaitu memurnikan ketundukkan, penyembahan dan penghambaan hanya
kepada-Nya, tidak ada yang selain-Nya. Ini adalah ajaran Tauhid.
Jadi
sesungguhnya semua agama yang diturunkan melalui perantaraan para Nabi
dan Rasul pada dasarnya adalah satu, yaitu Islam. Yang berbeda hanyalah
syariat, cara penyembahan, yang sesuai dengan zaman dimana Sang Rasul
diturunkan ditengah masyarakatnya.
Yang disebut Islam yang
dikenal sekarang ini adalah agama Islam yang diturunkan melalui
Rasulullah Muhammad SAW 14 abad silam dengan kitabnya Al-Qur’an. Didalam
kitab ini diterangkan bahwa Muhammad SAW adalah nabi penutup yang
diutus untuk seluruh umat yang ada di dunia ini. Allah SWT tidak akan
mengutus lagi seorangpun Nabi maupun Rasul setelah itu. Artinya syariat
yang dikehendaki dan diridhoi setelah adanya ajaran Muhammad SAW hingga
akhir zaman nanti hanyalah ajaran yang dibawanya tersebut. Sedangkan
ajaran dan syariat yang dibawa para Nabi dan Rasul terdahulu hanya
berlaku untuk masa yang telah lalu dan umat tertentu pula.
Para
Nabi dan Rasul ini mengajarkan bahwa dibalik kehidupan di dunia ini
terdapat kehidupan akhirat. Semua kitab yang dibawa para utusan tersebut
menerangkan hal ini dengan sangat jelas.
”dan mereka
yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu
dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk
dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS.Al-Baqarah[2]:4-5).
Ironisnya,
kehidupan akhirat ini jauh lebih kekal daripada kehidupan dunia. Dan
kehidupan akhirat terbagi dua, yaitu surga dan neraka. Surga adalah
kehidupan yang menyenangkan dan penuh kenikmatan sebaliknya neraka
adalah kehidupan yang penuh kesengsaraan, penuh siksaan dan penderitaan.
Celakanya lagi, kehidupan dunia inilah yang menentukan kehidupan
akhirat nanti, tentu saja atas izin-Nya.
Maha Suci Allah,
Ia tidak menginginkan hambanya masuk neraka. Sesungguhnya neraka dan
siksaan yang ditunjukkannya hanyalah ancaman dan peringatan agar
hamba-Nya berhati-hati dalam menjalani kehidupan dunianya, agar ia tidak
tersesat dengan hanya mengikuti hawa nafsu serta menuruti godaan
syaitan terkutuk. Untuk itulah Ia mengutus para Nabi dan Rasul lengkap
dengan Kitab Petunjuknya. Dan untuk itu pula Allah SWT memerintahkan
para utusan-Nya untuk memerangi hamba-hamba-Nya yang tersesat, bila
mereka tidak mau dan tidak bisa didakwahi secara baik-baik. Itu semua
demi keselamatan hamba yang dicintai-Nya dari siksa neraka yang sangat
mengerikan!
Rasulullah SAW berdakwah di Makkah secara
sembunyi-sembunyi 3 tahun lamanya. Setelah itu turun ayat agar beliau
berdakwah secara terang-terangan. Namun ajakannya menuju kebaikan,
menuju penyembahan Tauhid yang benar, tidak disambut dengan baik.
Sebaliknya Rasulullah dan para sahabat malah diejek, dilecehkan dan
dianiaya. Sejumlah sahabat seperti Sumayyah dan suaminya disiksa
kemudian dibunuh. Siksaan demi siksaan terus ditingkatkan. Kaum
musyrikin yang keras kepala tersebut bahkan melakukan pemboikotan.
Selama
2 atau 3 tahun para sahabat hidup dalam kesulitan baik dalam hal
makanan dan minuman maupun berinteraksi dengan dunia luar. Padahal
mereka tidak berbuat kejahatan, mereka hanya ingin memurnikan
penghambaan dan penyembahan kepada yang berhak. Bahkan Rasulullahpun
tidak luput dari ancaman pembunuhan sehingga akhirnya kaum Muslimin
terpaksa menuju Madinah meninggalkan kota kelahiran mereka, Makkah, kota
dimana mereka mencari nafkah kehidupan.
Namun di kota
baru tersebut, kaum Muslimin tetap tidak dapat hidup dengan tenang.
Kali ini kaum Yahudi yang banyak menempati wilayah-wilayah tertentu di
Madinah, ikut memusuhi kaum Muslimin. Mereka merasa benci dan dengki
karena Sang Mesiah, utusan yang dijanjikan dalam kitab mereka,
ternyata bukan datang dari kalangan mereka, melainkan dari bangsa Arab
yang selama ini mereka lecehkan. Perjanjian Madinah yang isinya antara
lain saling menghormati ajaran masing-masingpun mereka langgar.
Orang-orang Yahudi ini malah memprovokasi penduduk Makkah dan sekitarnya
agar mereka bersatu menyerang dan mengenyahkan ajaran Islam yang baru
tumbuh tersebut. Akhirnya muncullah peperangan demi peperangan: Perang
Badar, Perang Uhud, Perang Parit, Perang Khaibar dan sebagainya.
Perang
yang mendapat izin dari-Nya mulanya memang hanya untuk mempertahankan
diri. Kemudian setelah Islam berdiri tegak, perang diperintahkan dengan
tujuan menghilangkan penyembahan terhadap berhala dan kembali ke ajaran
Tauhid. Tetapi dengan syarat pihak yang akan diperangi harus didakwahi
terlebih dahulu secara damai. Bila mereka menolak dan ingin tetap pada
pendiriannya semula, mereka tidak boleh menghalangi apalagi mengganggu
ajaran Islam. Jika ia berada di bawah kekuasaan pemerintahan Islam,
orang-orang seperti itu tetap berhak mendapat hak perlindungan. Namun
sebagai gantinya mereka harus membayar jiziah. (zakat bagi
penduduk Muslimin). Tetapi bila mereka menolak apalagi mengganggu dan
menghalangi ajaran Islam maka mereka wajib diperangi. Namun demikian
perempuan, anak-anak, orang tua bahkan tanamanpun dilarang untuk
dihancurkan kecuali karena sebab-sebab khusus.
” Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah”. (QS.Al-Anfal[8]:39).
Tetapi
harus diingat, perang dalam Islam bukan untuk kepentingan politik,
kelompok, ras maupun golongan tertentu. Perang adalah pilihan terakhir
demi tercapainya masyarakat yang adil, damai, tunduk dan patuh terhadap
aturan Sang Pemilik Yang Tunggal. Jadi tujuan perang bukan untuk mencari
korban dan asal membunuh saja. Hal ini jelas tercermin dari jumlah
korban selama peperangan yang terjadi pada masa hidup Rasulullah.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selama 23 tahun masa kepemimpinan langsung Rasulullah SAW tercatat terjadi kurang lebih 20 perang besar. Hasil penelitian Dr. Muhammad Imarah, seorang cendekiawan Muslim Mesir terkenal atas seluruh perang ini menunjukkan bahwa ternyata jumlah korban yang jatuh sepanjang masa itu hanya 386 orang, baik dari pihak Muslim maupun pihak musuh!
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bandingkan
dengan perang saudara antara Katholik vs Protestan yang terjadi selama
30 tahun antara 1618-1648. Perang ini menelan korban jiwa 10 juta orang!
Menurut Voltaire, seorang filsuf Perancis yang hidup antara tahun
1694-1778 jumlah tersebut sama dengan jumlah 40% penduduk Eropa Tengah
pada abad pertengahan. Bandingkan juga dengan jumlah korban yang tewas
paska lahirnya UU Indian Removal Act tahun 1830 yang menyebabkan 70.000
orang Indian tewas dan terusir dari tanah airnya sendiri. Atau
bandingkan dengan jumlah korban bom atom di Hirosima dan Nagasaki pada
tahun 1945 yang jumlahnya mencapai ratusan ribu.
“Demi
Allah, wahai paman! sekiranya mereka letakkan matahari di sebelah
kananku dan bulan disebelah kiriku dengan maksud agar aku tinggalkan
pekerjaan ini (menyeru mereka kepada agama Allah) sehingga ia tersiar
(dimuka bumi) atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan
menghentikan pekerjaan ini”.
Itu
yang diucapkan Rasulullah SAW ketika Abu Thalib, sang paman yang selama
itu senantiasa melindunginya, menganjurkan agar beliau mau menghentikan
syi’ar karena ia merasa tak mampu terus menerus melindungi keponakan
tercintanya karena ia sendiri terus ditekan para pemuka Quraisy. Ajakan
ini pulalah yang terus dikumandangkan para utusan Allah sejak dahulu
kala, agar manusia terhindar dari siksa api neraka.
”
Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku
sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku
tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam”. (QS.Asy-Syuara’[26]:107-109).
Sayangnya,
kebanyakan orang tidak mau lagi memikirkan Hari Akhirat. Kecintaan
terhadap dunia yang berlebihan serta takut akan mati membuat pandangan
dan pikiran menjadi picik dan sempit. Kebebasan berpendapat dan segala
macam ideologi yang hanya sebatas pada kepentingan yang sifatnya
duniawiyah dan hanya menguntungkan kelompok tertentu terus
bermuncullan. Padahal hukum yang seperti ini akhirnya hanya akan
memunculkan Hukum Rimba, siapa kuat dialah yang menang. Sungguh
orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang merugi dan sangat patut
di belas-kasihani.
Wallahu’alam bi shawab.
Courtesy By : vienmuhadi.com
Courtesy By : vienmuhadi.com
- Kisahku
- Sambutlah Khilafah
- PERBANDINGAN JUMLAH KORBAN PERANG ISLAM DAN PERANG KRISTEN
- MEMAHAMI HIKMAH PERANG DALAM SEJARAH ISLAM
- BEBERAPA PERANG RASULULLAH SAW DAN FAKTA-FAKTA YANG PERLU ANDA KETAHUI
- Urutan Khilafah Islamiyah
- Kisah Wanita Mempersembahkan Suami dan Anaknya Menjadi Syuhada'
- Tidak Sedekah dan Tidak Jihad, Dengan Apa Kamu Masuk Surga?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Ayo komentar kamu yang pertamax wa di MEMAHAMI HIKMAH PERANG DALAM SEJARAH ISLAM