|
permalink Minggu, 24 Juni 2012 |
Unknown
No comments
|
Kiat Khusyu dalam Shalat
بسم الله الرحمن الرحيم
الخشوع في الصلاة
قال تعالى: [ واستعينوا بالصبر والصلوة وإنها لكبيرة إلا على الخاشعين ]
“Dan jadikanlah shabar dan shalat sebagai penolongmu, dan yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Surat Al Baqarah: 45)
Seorang mukmin yang tengah mengalami penurunan iman, ia merasakan shalat sebagai kewajiban yang berat, karena ia terikat oleh waktu, dan sekian banyak persyaratan. Lain halnya ketika seorang mukmin yang telah merasakan manisnya iman di dalam hati, maka ia merasakan shalat adalah kebutuhan diri yang menghidupi hati dan menyejukkkannya.
Rasulullah saw. pernah menyampaikan kesannya yang dalam dari shalatnya:
وجعلت قرة عيني في الصلاة.
“Dan dijadikan kesejukan pandanganku dalam shalatku.”
Dan beliau perintahkan Bilal Bin Rabah: “Kumandangkan iqamah, untuk shalat, agar kita bisa refreshing dengan shalat itu.”
Untuk mencapai khusyu’ dalam shalat, kita perlu waktu untuk membiasakan shalat dengan penuh dzikrullah.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbas ra. berkata: “Sesungguhnya Allah telah nenberi tenggang waktu bagi hati orang yang beriman, dan baru mengur mereka pada awal tahun ketuga belas dari turunnya Al Qur’an, maka turunlah ayat ini:
[ ألم يأن للذين آمنوا أن تخشع قلوبهم لذكر الله وما نزل من الحق ولا يكونوا كالذين أوتوا الكتاب من قبل فطال عليهم الأمد فقست قلوبهم وكثير منهم فاسقون ]
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyu’ (tunduk) hati mereka karena mengingat Allah dan tunduk hati mereka kepada kebenaran yang turun kepada mereka?” (QS Al-Hadiid/57:16).
الخشوع في الصلاة
قال تعالى: [ واستعينوا بالصبر والصلوة وإنها لكبيرة إلا على الخاشعين ]
“Dan jadikanlah shabar dan shalat sebagai penolongmu, dan yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Surat Al Baqarah: 45)
Seorang mukmin yang tengah mengalami penurunan iman, ia merasakan shalat sebagai kewajiban yang berat, karena ia terikat oleh waktu, dan sekian banyak persyaratan. Lain halnya ketika seorang mukmin yang telah merasakan manisnya iman di dalam hati, maka ia merasakan shalat adalah kebutuhan diri yang menghidupi hati dan menyejukkkannya.
Rasulullah saw. pernah menyampaikan kesannya yang dalam dari shalatnya:
وجعلت قرة عيني في الصلاة.
“Dan dijadikan kesejukan pandanganku dalam shalatku.”
Dan beliau perintahkan Bilal Bin Rabah: “Kumandangkan iqamah, untuk shalat, agar kita bisa refreshing dengan shalat itu.”
Untuk mencapai khusyu’ dalam shalat, kita perlu waktu untuk membiasakan shalat dengan penuh dzikrullah.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbas ra. berkata: “Sesungguhnya Allah telah nenberi tenggang waktu bagi hati orang yang beriman, dan baru mengur mereka pada awal tahun ketuga belas dari turunnya Al Qur’an, maka turunlah ayat ini:
[ ألم يأن للذين آمنوا أن تخشع قلوبهم لذكر الله وما نزل من الحق ولا يكونوا كالذين أوتوا الكتاب من قبل فطال عليهم الأمد فقست قلوبهم وكثير منهم فاسقون ]
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyu’ (tunduk) hati mereka karena mengingat Allah dan tunduk hati mereka kepada kebenaran yang turun kepada mereka?” (QS Al-Hadiid/57:16).
Urgensi Khusyu’ dalam Shalat
1. Khusyu’ dalam shalat adalah sebuah ketundukan hati dalam dzikir dan konsentrasi hati untuk taat, maka ia menentukan nata’ij (hasil-hasil) di luar shalat. Olerh karena itulah Allah memberi jaminan kebahagiaan bagi mu’min yang khusyu’ dalam shalatnya.
[ قد أفلح المؤمنون. الذين هم في صلاتهم خاشعون ].
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang dalam shalatnya selalu khusyu’” QS Al-Mu’minun/23:1-3).
Begitu juga iqamatush-shalah yang sebenarnya akan menjadi kendali diri sehingga jauh dari tindakan keji dan munkar. Allah berfirman:
[ وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ]
“Dan tegakkanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah tindakan keji dan munkar” (QS Al-Ankabut/29:45).
Sebaliknya, orang yang melaksanakan shalat sekedar untuk menanggalkan kewajiban dari dirinya dan tidak memperhatikan kualitas shalatnya, apalagi waktunya, maka Allah dan Rasul-Nya mengecam pelaksanaan shalat yang semacam itu. Allah berfirman,
1. Khusyu’ dalam shalat adalah sebuah ketundukan hati dalam dzikir dan konsentrasi hati untuk taat, maka ia menentukan nata’ij (hasil-hasil) di luar shalat. Olerh karena itulah Allah memberi jaminan kebahagiaan bagi mu’min yang khusyu’ dalam shalatnya.
[ قد أفلح المؤمنون. الذين هم في صلاتهم خاشعون ].
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang dalam shalatnya selalu khusyu’” QS Al-Mu’minun/23:1-3).
Begitu juga iqamatush-shalah yang sebenarnya akan menjadi kendali diri sehingga jauh dari tindakan keji dan munkar. Allah berfirman:
[ وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ]
“Dan tegakkanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah tindakan keji dan munkar” (QS Al-Ankabut/29:45).
Sebaliknya, orang yang melaksanakan shalat sekedar untuk menanggalkan kewajiban dari dirinya dan tidak memperhatikan kualitas shalatnya, apalagi waktunya, maka Allah dan Rasul-Nya mengecam pelaksanaan shalat yang semacam itu. Allah berfirman,
“Maka celakalah orang-orang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya” (QS Al-Maun)
“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri malas-malasan, mereka memamerkan ibadahnya kepada banyak orang dan tidak mengingat Allah kecuali sangat sedikit” (An-Nisa’/4:142).
Rasulullah saw. bersabda, “Itulah shalat orang munafiq, ia duduk-duduk menunggu matahari sampai ketika berada di antara dua tanduk syaithan, ia berdiri kemudian mematok empat kali, ia tidak mengingat Allah kecuali sedikit” (HR Al-Jama’ah, kecuali Imam Bukhari).
“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri malas-malasan, mereka memamerkan ibadahnya kepada banyak orang dan tidak mengingat Allah kecuali sangat sedikit” (An-Nisa’/4:142).
Rasulullah saw. bersabda, “Itulah shalat orang munafiq, ia duduk-duduk menunggu matahari sampai ketika berada di antara dua tanduk syaithan, ia berdiri kemudian mematok empat kali, ia tidak mengingat Allah kecuali sedikit” (HR Al-Jama’ah, kecuali Imam Bukhari).
2. Hilangnya kekhusyu’an dalam shalat adalah musibah (bencana) besar
bagi seorang mu’min. Ini bisa memberi pengaruh buruk terhadap
pelaksanaan agamanya, karena shalat adalah tiang penyangga tegaknya
agama. Maka Rasulullah saw. berlindung kepada Allah, “Ya, Allah aku
berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak
khusyu’, jiwa yang tidak puas, mata yang tidak menangis, dan do’a yang
tidak diijabahi”
3. Khusyu’ adalah puncak mujahadah dalam beribadah, hanya dimiliki oleh
mu’min yang selalu bersungguh-sungguh dalam muraqabatullah. Khusyu’
bersumber dari dalam hati yang memiliki iman kuat dan sehat. Maka
khusyu’ tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa oleh orang yang imannya
lemah. Pernah ada seorang laki-laki berpura-pura shalat dengan khusyu’
di hadapan Nabi saw., maka beliau menegurnya, “Wahai fulan, tidaklah
khusyu’ itu seperti ini, sesungguhnya khusyu’ itu di sini -beliau
menunjuk ke dadanya.”
Kiat-kiat Khusyu’ dalam Shalat
a. Mempersiapkan kondisi bathin
a. Mempersiapkan kondisi bathin
- Menghadirkan hati dalam shalat sejak mulai hingga akhir shalat.
- Berusaha tafahhum (memahami) dan tadabbur (menghayati) ayat dan do’a yang dibacanya sehingga timbul respon poaitif secara langsung.
- Selalu mengingat Allah dan betapa minim kadar syukur kita.
- Merasakan haibah (keagungan) di hadapan/dekat kepada Allah, terutama ssat sujud.
- Menggabungkan rasa raja’ (harap) dan khauf (takut) dalam kehidupan sehari-hari.
- Merasakan haya’ (malu) kepada Allah dengan sebenar-benar haya’.
- Ayat yang mengandung perintah: ber tekad untuk melaksanakan.
- Ayat yang mengandung larangan: bertekad untuk menjauhi.
- Ayat yang mengandung ancaman: muncul rasa tajut dan berlindung kepada Allah.
- Ayat yang mengandung kabar gembira: muncul harapan dan memohon kepada Allah.
- Ayat yang mengandung pertanyaan: memberi jawaban yang tepat.
- Ayat yang mengandung nasihat: mengambil pelajaran.
- Ayat yang menjelaskan nikmat: bersyukur dan bertahmid
- Ayat yang menjelaskan peristiwa bersejarah: mengambil ibrah (analisa)nya
Rasulullah bersabda,
“Rasa malu tidak akan mendatangkan selain kebaikan” (Muttafaq ‘alaih).
Dan para ulama berkata, “Hakikat haya’ adalah satu akhlak yang bangkit untuk meninggalkan tindakan yang buruk dan mencegah munculnya taqshir (penyia-nyiaan) hak orang lain dan hak Allah”.
B. Mempersiapkan kondisi lahiriyah:
Dan para ulama berkata, “Hakikat haya’ adalah satu akhlak yang bangkit untuk meninggalkan tindakan yang buruk dan mencegah munculnya taqshir (penyia-nyiaan) hak orang lain dan hak Allah”.
B. Mempersiapkan kondisi lahiriyah:
- Menjauhi yanbg haram/maksiyat dan banyak bertaubah kepada Allah.
- Memperhatikan waktu-waktu shalat.
- Berwudlu’ sebelum datangnya waktu shalat.
- Berjalan ke masjid dengan tenang sambil membaca do’a dan dzikirnya.
- Menempatkan diri pada shaf depan.
- Melakukan shalat sunnah sebelum shalat wajib sebagai pemanasan.
- Shalat dengan menjaga sunnahnya dan menghindari makruhnya.
RAHASIA KHUSYUK DALAM SEMBAHYANG
Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat warak dan
sangat khusyuk solatnya. Namun dia selalu khuatir kalau-kalau ibadahnya
kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih
ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang
khusyuk.
Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam dan bertanya : “Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?”
Hatim berkata : “Apabila masuk waktu solat aku berwudhu’ zahir dan batin.”
Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam dan bertanya : “Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?”
Hatim berkata : “Apabila masuk waktu solat aku berwudhu’ zahir dan batin.”
Isam bertanya, “Bagaimana wudhu’ zahir dan batin itu?”
Hatim berkata, “Wudhu’ zahir sebagaimana biasa, iaitu membasuh semua anggota wudhu’ dengan air. Sementara wudhu’ batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :
Hatim berkata, “Wudhu’ zahir sebagaimana biasa, iaitu membasuh semua anggota wudhu’ dengan air. Sementara wudhu’ batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :
- bertaubat
- menyesali dosa yang dilakukan
- tidak tergila-gilakan dunia
- tidak mencari / mengharap pujian orang (riya’)
- tinggalkan sifat berbangga
- tinggalkan sifat khianat dan menipu
- meninggalkan sifat dengki
Seterusnya Hatim berkata, “Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan
semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh
kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah
kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku,
dan aku bayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri di atas titian
‘Sirratul Mustaqim’ dan aku menganggap bahwa solatku kali ini adalah
solat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.
Setiap bacaan dan doa dalam solat kufahami maknanya, kemudian aku
ruku’ dan sujud dengan tawadhu’, aku bertasyahhud dengan penuh
pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersolat
selama 30 tahun.”
Apabila Isam mendengar, menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.
Apabila Isam mendengar, menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Unknown




0 komentar:
Ayo komentar kamu yang pertamax wa di Kiat Khusyu dalam Shalat